Thursday, January 18, 2018

Adab pelajar terhadap dirinya sendiri (Adab al-Muta’allim fii Nafsihi)



Oleh: Samik bin Makki (Dosen UNESA dan Pembina Majelis Islam Kaffah)

Foto penulis dengan pemburu ilmu lainnya

Salah satu adab yang penting dalam menuntut ilmu adalah adab pelajar terhadap dirinya sendiri (Adab al-Muta’allim fii Nafsihi). Berikut ini 10 adab yang harus dimiliki pelajar supaya dapat meraih ilmu yang bermanfaat.

1. Sebelum mengawali proses menuntut ilmu, seorang pelajar hendaknya menyucikan hati dari sifat-sifat tercela seperti dusta, sombong, dendam, hasud, keyakinan yang tidak baik, budi pekerti yang tidak baik, dan sifat tercela lainnya. Hal itu dilakukan supaya ia  pantas untuk menerima ilmu sehingga mudah menghafalkannya, memahaminya, meninjau kedalaman maknanya dan memahami makna yang tersirat. 

2. Meluruskan niat dalam mencari ilmu, yakni ikhlas untuk mendapatkan ridha Allah SWT supaya mampu mengamalkan dan menyebarkan ilmu, menghidupkan syari’at, menerangi hati, menghiasi batin dan  mendekatakan diri kepada Allah SWT. Tidak boleh berniat hanya untuk memperoleh tujuan-tujuan duniawi, misalnya menjadi pimpinan, pejabat, dan hartawan. Tetapi jika tujuan duniawi itu digunakan untuk meraih ridho Allah dengan amar ma'ruf nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk keperluan hawa nafsu sendiri maka diperbolehkan.

3. Bersegera mungkin memperoleh ilmu di waktu masih belia dan memanfaatkan sisa umurnya. Jangan sampai tertipu dengan menunda-nunda belajar dan terlalu banyak berangan-angan. Menghargai waktu dengan melaksanakan urusan-urusan yang penting dan bermanfaat yang mampu ia lakukan, menghindari perkara-perkara yang bisa menghalangi kesempurnaan mencari ilmu,  serta mengerahkan segenap kemampuan dan bersungguh-sungguh dalam menggapai keberhasilan.

4. Bersifat qana’ah dengan menerima apa adanya, baik itu berupa makanan atau pakaian dan sabar atas segala kekurangan dan kesulitan. Imam Al Syafi’i berkata: “Orang yang mencari ilmu tidak akan bisa merasa bahagia, apabila ketika mencari ilmu disertai dengan hati yang luhur dan kehidupan yang serba cukup, akan tetapi orang-orang yang mencari ilmu dengan perasaan hina, rendah hati, kehidupan yang serba sulit dan menjadi pelayan para ulama, dialah orang yang bisa merasakan kebahagiaan”.

5. Bersifat wara’, yaitu menjaga diri dari perbuatan yang bersifat syubhat dan syahwat hawa nafsu sehingga bisa merusak harga diri. Seyogyanya pencari ilmu juga menggunakan kemudahan kemudahan pada tempatnya ketika dibutuhkan dan adanya sebab–sebabnya, karena Allah menyukai kemurahan–kemurahannya dilaksanakan sebagaimana Dia menyukai ketetapan-ketetapanNya dilaksanakan. 

6. Membuat jadwal rutin kegiatan harian dan menggunakan setiap kesempatan (misalkan sambil menunggu guru membaca buku). Waktu yang paling ideal dan baik digunakan oleh para pelajar: Waktu sahur (sebelum subuh) digunakan untuk menghafal. Waktu pagi digunakan untuk membahas pelajaran. Waktu tengah hari digunakan untuk menulis. Waktu malam digunakan untuk meninjau ulang dan mengingat pelajaran. Tempat yang paling baik digunakan untuk menghafalkan adalah di dalam kamar dan setiap tempat yang jauh dari perkara yang bisa membuat lupa. Tidak baik menghafalkan pelajaran di depan tumbuh-tumbuhan, tanaman-tanaman yang hijau, di tepi sungai dan ditempat-tempat yang ramai.

7. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal, baik dan tidak berlebih-lebihan, supaya tetap semangat ibadah dan menuntut ilmu, badan terasa lebih ringan dan sehat serta mencegah penyakit tubuh. Pelajar juga harus memperhatikan kehalalan pakaian, tempat tinggal dan setiap sesuatu yang ia butuhkan, agar hatinya pantas untuk mengambil kemanfaatan ilmu. 

8. Mempersedikit mengkonsumsi makanan yang dapat menyebabkan tumpulnya otak, lemahnya panca indra dan daya hafal, seperti buah apel, asam, minum cuka’, begitu juga makanan yang menimbulkan banyak dahak, yang dapat mempertumpul akal fikiran dan memperberat badan, seperti terlalu banyak minum susu, makan ikan dan yang lain sebagainya. Bahkan menurut Kyai Hasyim, seyogianya pelajar juga menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan lupa secara khusus seperti memakan makanan yang telah dimakan tikus, membaca tulisan di maesan (pathok kuburan), masuk di antara dua ekor unta yang ditarik dan menjatuhkan kutu dalam keadaan hidup. 

9.  Mengurangi tidur selama tidak menimbulkan bahaya pada tubuh dan akal pikirannya. Jam tidur tidak boleh lebih dari delapan jam dalam sehari semalam. Jika keadaannya memungkinkan untuk beristirahat kurang dari delapan jammaka ia dipersilahkan untuk melakukannya.Apabila lelah, maka beristirahatlah. 

10. Menjaga pergaulan, yaitu hanya bergaul dengan orang shaleh yang memiliki antusias dan cita-cita tinggi dalam ilmu, kuat agamanya, dan bersih hatinya.Jika ia lupa, maka temannya mengingatkan, dan bila ia ingat, maka berarti temannya telah menolongnya. Jangan bergaul dengan orang yang buruk akhlaknya karena hal itu berdampak buruk terhadap perkembangan ilmunya. 

Referensi:
Az-Zarnuji, Ta'limul Muta'alim Thariqatta'allum
Hasyim Asy’ari, Adab al-Alim Wa al-Muta’allim. 
Ibnu Jamâ’ah, Tadzkirah al-Sâmi’ wa al-Mutakkalim fî Adab al-‘Ilm wa al-Muta’allim

No comments:

Post a Comment